Menepi Ke Vietnam / 2019

Akhir Oktober 2019 adalah jadwalku untuk menyegarkan pikiran. Setelah melalui penatnya proses penulisan tugas akhir yang panjang. Dilanjutkan dengan sidang yang menegangkan. Aku masih belum bisa beristirahat sepenuhnya. Masih banyak tugas dan tanggungjawab yang harus ku kerjakan. Aku mengurusi tamu-tamu dari Indonesia yang datang ke Rusia. Sudah setahun terakhir bisnis tur ini kujalani bersama teman-teman.

Visa pelajarku berakhir 1 Agustus 2019 dan membuatku harus segera kembali ke tanah air. Namun rezeki tak bisa ditolak. Dari Juli hingga Oktober 2019 sangat banyak peserta yang ingin berangkat ke Rusia. Aku terkadang mengantar ke Rusia, terkadang juga hanya memonitor dari Indonesia. Setelah Oktober ini kami semua sengaja mengosongkan jadwal untuk untuk rehat dengan cara masing-masing.

Sudah sejak lama aku ingin sekali ke Vietnam. Tetapi selama ini terkendala banyak hal untuk ke sana. Kali ini tidak boleh gagal. Aku harus penuhi salah satu bucket list-ku tersebut. Terlebih, aku memiliki banyak teman yang berasal dari Vietnam.

Aku sampai di Bandara Hanoi hampir dini hari. Aku telah memesan taksi menuju hotel jauh-jauh hari melalui sebuah aplikasi. Hotelku letaknya di daerah Old Quarter, yang mana bangunan-bangunan di kawasan ini mirip sekali seperti di Eropa. Setiap bangunan berhimpit-himpit satu dengan yang lain. Tipe dan corak bangunannya sama. Bertingkat 2-3 lantai. Di luarnya jalanan tak terlalu lebar.

Sampai di hotel perutku keroncongan. Aku bertanya pada resepsionis dimana aku bisa makan selarut ini. Ternyata hanya tinggal berjalan sebentar dari hotel, kutemukan warung-warung pinggir jalan dan cafe-cafe yang masih buka sampai pukul tiga. Aku mencoba makanan yang tak ku ketahui namanya. Sebuah makanan berkuah yang berisi mie dan daging ayam. Lumayan untuk mengganjal perut dan bekal tidurku.

Di Hanoi aku akan menginap selama 3 hari 2 malam. Jadi, di hari kedua ini adalah hariku secara penuh berada di Hanoi. Inilah satu-satunya kesempatan untuk bisa menuju suatu tempat yang bernama Teluk Ha Long atau Ha Long Bay. Tetapi aku tak ada persiapan. Tak tahu caranya menuju ke sana. Bangun pagi-pagi sekali untuk segera bertanya kepada resepsionis adakah tur yang masih menerima peserta. Dibantu aku menelepon sana-sini. Ternyata masih ada. Beruntungnya aku hari itu.

Aku bersama rombongan tur naik bis dari Hanoi ke Ha Long Bay. Cukup jauh. Ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam.

Sampai Ha Long Bay disambut oleh tebing-tebing yang menjulang tinggi di atas lautan. Ha Long Bay masuk dalam situs warisan dunia UNESCO. Kami beralih menaiki kapal mengelilingi gugusan tebing tersebut. Diajak kami masuk ke dalam Surprising Cave (Hang Sung Sot). Di dalamnya tampak stalagmit dan stalagtit dengan pencahayaan yang memukau. Pada langit-langitnya juga terdapat ornamen yang menyerupai ombak. Dahulu memang gua ini pernah terendam air laut. Lalu kami mampir ke sebuah pulau bernama Ti Top. Nama tersebut diambil dari nama seorang astronot Rusia yang pernah berkunjung ke pulau tersebut, Ghermain Titov. Di akhir agenda kami diberi kesempatan untuk menyusuri Ha Long Bay dengan kayak. Aku bersama seorang Jerman yang baru kukenal. Ini pertama kalinya aku naik kayak. Sedikit gugup, tetapi lama-lama bisa menguasai. Kami mendayung seirama. Tak jarang air berkecipak masuk membasahi pakaian kami.

Ha Long Bay
Ha Long Bay
Barisan kapal
Surprising Cave
Masuk gua
Di dalam gua
Pulau Ti Top

Esok harinya merupakan hari terakhirku di Hanoi. Aku memiliki penerbangan di sore hari. Kesempatan buatku untuk menelusuri Kota Hanoi pagi harinya. Waktuku hanya 4 jam. Sebisa mungkin menjamah tempat-tempat populer dalam waktu yang singkat.

Dengan waktu 4 jam aku berhasil mengunjungi 6 lokasi. Letaknya tidak terlalu jauh. Semua kucapai dengan berjalan kaki dari hotel. Keenam destinasi tersebut adalah Hoan Kiem Lake, St Joseph’s Cathedral, Hoa Lo Prison, Train Street, Pho 10, dan Giang Cafe. Karena terburu-buru, alhasil Mausoleum Ho Chi Minh malah kelewatan. Berarti memang digariskan agar aku bisa kembali lagi ke sini.

Traveling tidak dapat dilepaskan dari wisata kuliner, Aku sempat mencicipi makanan khas Vietnam, Pho, di Pho 10. Review-nya yang paling baik di antara yang lainnya. Lalu saat di Giang Cafe aku mencoba kopi khas Vietnam dengan campuran telur. Rasanya unik sekali dan nikmat. Telur yang dicampurkan tidak amis sama sekali.

Salah satu yang paling berkesan di Hanoi yaitu saat mengunjungi Hoa Lo Prison. Itu merupakan bekas penjara yang saat ini dijadikan musium. Di musium ini diperlihatkan bagaimana kejamnya penjajah Prancis saat dulu menginvasi Vietnam. Ketika memasuki bangunannya kental terasa aura nan menyeramkan yang membuat bulu kuduk bergidik.

Sebuah taman
Gerbang Hoan Kiem Lake
Kura-kura keramat
Sebuah kuil
Pusat kota Hanoi
St Joseph’s Cathedral
Hoa Lo Prison
Monumen pahlawan Vietnam

Seusai berjalan-jalan di Pusat Kota Hanoi, aku kembali sejenak ke hotel untuk mengambil barang-barang. Aku memesan taksi online menuju bandara. Perjalananku berlanjut di Kota Da Nang.

Ketika mendarat di Bandara Da Nang matahari mulai tenggelam. Hotelku di Da Nang tidak terlalu jauh dengan bandara karena bandaranya pun tidak terlalu jauh dengan pusat kota.

Kini aku telah memesan tiket tur menuju Ba Na Hills agar tak kehabisan. Aku menuju Ba Na Hills di hari berikutnya. 1 jam dari Da Nang. Ba Na Hills merupakan sebuah resort yang terletak di atas bukit dengan ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Untuk naik ke atas, cukup dengan cable car dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Cukup lama karena ini merupakan non-stop cable car terjauh di dunia dengan panjang 5801 m. Di kawasan Ba Na Hills terdapat hotel-hotel, restoran-restoran, wahana permainan, taman-taman, pagoda, dan yang paling terkenal, Golden Bridge. Golden Bridge merupakan jembatan yang dicengkeram oleh dua tangan raksasa. Sayangnya aku sama sekali tak memperkirakan cuaca hari itu. Cuaca sangat berkabut dan gerimis. Jarak pandang begitu terbatas. Foto-foto yang dihasilkan tidak begitu maksimal.

Ba Na Hills
Taman bunga
Patung Budha
Golden Bridge
Golden Bridge
Golden Bridge
Pagoda
Patung-patung
Wahana permainan
Love forever
Sun world
Sun world

Di hari berikutnya aku mengikuti tur yang berbeda. Aku ingin sekali menuju ke sebuah kota yang bernama Hoi An. Aku mendapatkan informasi tentang kota tersebut dari Ibu-ibu yang mengajakku mengobrol saat sarapan di hotel di Hanoi. Sebelum ke Hoi An kami terlebih dahulu mengunjungi salah satu dari 3 pagoda terbesar di Da Nang. Salah satunya lagi berada di Ba Na Hills. Dan yang satunya lagi aku tak tahu dimana karena tak sempat ke sana. Lalu kami berlanjut ke Marble Mountains. Kami menaiki 160-an anak tangga untuk mencapai puncak. Dari atas aku bisa melihat Kota Da Nang. Setelah itu kami menuju Hoi An. Sampai Hoi An langit sudah gelap. Hoi An ini bagiku adalah kota tuanya Vietnam. Bangunan-bangunannya antik dan artistik. Kebanyakan difungsikan sebagai toko. Lampu, lampion, dan segala macam pernak-pernik lainnya terpasang cantik baik di jalanan maupun di atas perahu-perahu. Kucoba naik perahunya sambil membawa lampion untuk dihanyutkan ke sungai.

Tur pun usai dan aku diantar kembali ke hotel. Aku masih belum puas jalan-jalan. Dan juga esok hari aku harus melanjutkan perjalanan lagi. Aku pun keluar hotel lagi menuju pusat kota. Kota ini memiliki corak arsitektur yang berbeda dibandingkan dengan Hanoi. Sedikit lebih modern dan tertata. Aku menemukan spot yang nyaman untuk menghabiskan malam. Tepatnya di pinggir sungai yang membelah kota. Dari kejauhan gedung-gedung memancarkan cahaya dan terdifraksi oleh tenangnya air sungai. Dragon Bridge menghubungkan antara dua daratan. Sebuah jembatan besar dengan hiasan naga yang dapat menyemburkan api di waktu-waktu tertentu.

Pagoda lagi
Depan pagoda
Patung raksasa
Pagoda sebelahnya
Kuil di dalam gua
Marble mountains
Lampion untuk dihanyutkan
Naik kapal
Lampu malam
Sudut jalan
Gradasi cahaya
Perahu-perahu
Jalanan kota
Suasana malam hari
Difraksi lampu
Dragon bridge
Dragon bridge

 

Pagi hari di hari selanjutnya aku telah berada di bandara. Kota terakhir yang akan kutuju yaitu Ho Chi Minh. Di kota ini aku menginap selama 4 hari 3 malam. Sangat sedikit menurutku destinasi wisata di kota ini. Alasanku kemari karena ada temanku yang bekerja ke sini. Ia adalah seorang Vietnam. Aku diajak mengelilingi Ho Chi Minh dengannya naik motor.

Sebenarnya ada satu destinasi wisata di Ho Chi Minh yang cukup terkenal yaitu eksplor Sungai Mekong. Namun lokasinya terlampau jauh membuatku mengurungkan niat. Aku hanya mengambil gambar di beberapa landmark yang ikonik. Diselingi makan makanan pinggir jalan khas Vietnam yang sangat asing di lidahku.

Kantor pemerintahan
Notre Dame Saigon
Malioboronya HCMC
Malioboronya HCMC
Landmark HCMC

Perjalanan di Vietnam ini ku sudahi dengan senyuman. Aku memang lebih menyukai berjalan seorang diri. Tak perlu memikirkan banyak pertimbangan mau kemana kakiku melangkah, mau makan apa aku hari itu. Semua menjadi keputusanku 100%. Aku pun puas bisa menjelajah Negara Vietnam dari utara hingga selatan. Merasakan atmosfer berbeda di setiap kotanya dan destinasi-destinasi wisata yang indah.

 

 

Leave a comment